Musik Keroncong sebagai Cerminan Keharmonisan Bernegara
Musik keroncong merupakan sebuah bukti bahwa bangsa Indonesia memiliki kemampuan yang tak bisa dipandang sebelah mata dalam mengadaptasi sebuah bentuk ide kreasi dan menjadikan produk yang terbentuk suatu keindahan yang asli. Memang, zaman sekarang jenis musik yang satu ini begitu terpinggirkan di tengah-tengah nuansa musik pop yang membahana.
Belum lagi apabila kita memperhitungkan jenis-jenis musik luar negeri lain yang masuk dan diserap oleh budaya kita. Maka keroncong yang lamban dan adem semakin tersudutkan. Akan tetapi, keroncong adalah cinderamata gejolak budaya masa lalu negeri ini.
Ia adalah sebuah produk adaptasi yang berkesinambungan dan penuh perkiraan. Ia adalah saksi bisu yang menemani bangsa ini meraih kemerdekaan. Ia adalah musik klasik khas Indonesia. Selera dan kiblat budaya massal boleh bergeser. Namun kita perlu tetap sadari mana yang menjadi identitas dan mana yang dibuat untuk konsumsi pasar.
Keroncong adalah budaya nasional dan karenanya patut dilestarikan. Musik keroncong berakar dari jenis musik fado yang dibawa oleh awak kapal bangsa Portugis ketika mereka berlayar hingga ke Malaka dan menyebar hingga ke Maluku. Musik fado adalah musik bangsa Portugis yang dipengaruhi oleh budaya arab ketika daerah tersebut berada di bawah jajahan bangsa Moor.
Karenanya, musik fado didominasi oleh tangga nada minor, sebuah ciri khas yang tetap terasa ketika musik tersebut berevolusi menjadi keroncong di Nusantara. Selanjutnya, ketika Belanda berkuasa dan pengaruh Portugis berkurang kekuatannya, musik fado yang mereka biasa mainkan pun surut.
Ini memberikan celah kosong tempat keroncong berkembang. Pada saat yang sama, pengaruh musik Hawaii juga berkembang di Nusantara dan ini membuat keroncong mendapatkan tambahan kekayaan nada mayor. Hasilnya adalah sebuah karya seni yang samasekali baru dan segar—pada masa itu.
Dalam bentuk awalnya ini, keroncong lebih dikenal dengan musik moresco yang secara umum didominasi bunyi ukulele, selo, dan biola. Terkadang bunyi-bunyian perkusi pun ditambahkan untuk mempercantik. Model seperti ini berkembang di Kampung Tugu, Batavia, tempat para tawanan Portugis dan budak dari Maluku dilepas oleh penguasa Belanda masa itu.
Selanjutnya moresco bergeser ke selatan Batavia dan bercampur dengan alat musik tanjidor di Kemayoran serta daerah Gambir. Corak irama yang lamban dari keroncong baru mengental di kala Solo menjadi tempat musik tersebut berkembang lebih lanjut. Perubahan pusat perkembangan serta proses pembauran dengan alat-alat musik lokal dan impor membuat keroncong berubah menjadi sebuah karya seni komposit.
Musik tersebut tersusun dari berbagai macam instrumen, sebut saja rebab yang khas dunia arab, sitar yang bercirikan India, suling bambu yang merupakan instrumen khas daerah Indonesia, juga ada gamelan dan gong yang merupakan sumbangan dari budaya Jawa. Apa yang dapat kita pelajari dari keroncong dan sejarahnya?
Bahwa kemampuan adaptasi adalah sebuah kemutlakan dalam menciptakan harmoni. Bahwa hal-hal yang berbeda satu sama lain dapat diberdayakan menjadi sesuatu yang indah dan sedap untuk dinikmati. Musik keroncong adalah cerminan ke-binekatunggalika-an yang terproyeksi melalui keselarasan bebunyian yang berbeda.
Illustrasi |
Belum lagi apabila kita memperhitungkan jenis-jenis musik luar negeri lain yang masuk dan diserap oleh budaya kita. Maka keroncong yang lamban dan adem semakin tersudutkan. Akan tetapi, keroncong adalah cinderamata gejolak budaya masa lalu negeri ini.
Ia adalah sebuah produk adaptasi yang berkesinambungan dan penuh perkiraan. Ia adalah saksi bisu yang menemani bangsa ini meraih kemerdekaan. Ia adalah musik klasik khas Indonesia. Selera dan kiblat budaya massal boleh bergeser. Namun kita perlu tetap sadari mana yang menjadi identitas dan mana yang dibuat untuk konsumsi pasar.
Baca Juga: Sejarah dan Mitor Alat Musik Angklung
Keroncong adalah budaya nasional dan karenanya patut dilestarikan. Musik keroncong berakar dari jenis musik fado yang dibawa oleh awak kapal bangsa Portugis ketika mereka berlayar hingga ke Malaka dan menyebar hingga ke Maluku. Musik fado adalah musik bangsa Portugis yang dipengaruhi oleh budaya arab ketika daerah tersebut berada di bawah jajahan bangsa Moor.
Karenanya, musik fado didominasi oleh tangga nada minor, sebuah ciri khas yang tetap terasa ketika musik tersebut berevolusi menjadi keroncong di Nusantara. Selanjutnya, ketika Belanda berkuasa dan pengaruh Portugis berkurang kekuatannya, musik fado yang mereka biasa mainkan pun surut.
Ini memberikan celah kosong tempat keroncong berkembang. Pada saat yang sama, pengaruh musik Hawaii juga berkembang di Nusantara dan ini membuat keroncong mendapatkan tambahan kekayaan nada mayor. Hasilnya adalah sebuah karya seni yang samasekali baru dan segar—pada masa itu.
Dalam bentuk awalnya ini, keroncong lebih dikenal dengan musik moresco yang secara umum didominasi bunyi ukulele, selo, dan biola. Terkadang bunyi-bunyian perkusi pun ditambahkan untuk mempercantik. Model seperti ini berkembang di Kampung Tugu, Batavia, tempat para tawanan Portugis dan budak dari Maluku dilepas oleh penguasa Belanda masa itu.
Baca Juga: Alat Musik Gambang Kromong dan Gambarnya
Selanjutnya moresco bergeser ke selatan Batavia dan bercampur dengan alat musik tanjidor di Kemayoran serta daerah Gambir. Corak irama yang lamban dari keroncong baru mengental di kala Solo menjadi tempat musik tersebut berkembang lebih lanjut. Perubahan pusat perkembangan serta proses pembauran dengan alat-alat musik lokal dan impor membuat keroncong berubah menjadi sebuah karya seni komposit.
Musik tersebut tersusun dari berbagai macam instrumen, sebut saja rebab yang khas dunia arab, sitar yang bercirikan India, suling bambu yang merupakan instrumen khas daerah Indonesia, juga ada gamelan dan gong yang merupakan sumbangan dari budaya Jawa. Apa yang dapat kita pelajari dari keroncong dan sejarahnya?
Baca Juga: Sejarah Makanan Rendang Padang yang Terenak Di Dunia
Bahwa kemampuan adaptasi adalah sebuah kemutlakan dalam menciptakan harmoni. Bahwa hal-hal yang berbeda satu sama lain dapat diberdayakan menjadi sesuatu yang indah dan sedap untuk dinikmati. Musik keroncong adalah cerminan ke-binekatunggalika-an yang terproyeksi melalui keselarasan bebunyian yang berbeda.
Berlangganan Artikel Melalui Email!
Suka dengan artikel kami? Daftarkan email anda sekarang untuk mendapatkan artikel terbaru dari DetiaBlog
0 Response to "Musik Keroncong sebagai Cerminan Keharmonisan Bernegara"